Minggu, 22 Juli 2012

Business Cards

Tadinya gw nggak pernah berpikir bahwa Business Cards itu penting.

Gw pikir "Hari geneh, masih pake business cards, C'mon!"


Sampai pada suatu ketika, gw berada pada suatu informal meeting dimana para pesertanya (termasuk gue) saling bertukar  business card, and I was "Oh my god, so this is how business cards work, it's important!", lalu mulailah gw mencari-cari template buat bikin business card gw.

Telusur sana sini dengan kata kunci "Business Cards Templates", gw nemu berbagai desain Business Card yang keren-keren, ada yang main di warna, ada yang main di font, dan berbagai macam desain lain yang bagus-bagus dan gw yakin akan menimbulkan kesan yang WOW ketika pertama diliat.

Tapi....

Berbagai template yang gw liat itu, mereka punya satu kesamaan.

Mereka sama-sama mencantumkan nama perusahaan mereka dan/atau profesi mereka.

DANG!

Gw bingung, mesti nyantumin apa di Business Cards gw nantinya.

Kalo gw tulis "Pelaksana" pada pekerjaan dan "K***** D** W* B****" pada kantor, entah gimana gw ga suka aja terkait dengan institusi tempat gw kerja sekarang ini.

Ah sudahlah, ketidaksukaan gw terhadap institusi tempat gw mengabdi saat ini bukan masalah utamanya.

The Main Point is...

Gw sadar bahwa gw nggak belum punya skill apa-apa buat "dijual" di Business Cards gw.

I mean, C'mon, selain sebagai alat untuk perkenalan dengan orang baru, Business Cards juga bisa jadi satu sarana buat "jualan" kan?

Misalnya si X (pengusaha) nerima Business Card dari si Y (graphic designer) pada suatu event misalnya.

Pas nerima sih mungkin bagi si X Business Card itu cuma berfungsi buat ngasitau si Y ini namanya siapa.

Tapi kalo kemudian di lain hari perusahaan si X butuh seorang Graphic Designer, bukan nggak mungkin ingatan si X bakal tertuju ke orang yang di Business Cardnya mencantumkan profesi sebagai Graphic Designer, right?


ah, gw emang masih butuh meningkatkan kapasitas diri gw, supaya nanti di business cards gw bisa cantumin sesuatu yang wow.

kira-kira apa ya?

Sabtu, 14 Januari 2012

Life goes on... (and on, and on)

Kemarin gw ke acara brunch bareng fantastik 5, yang belum tau fantastik 5 itu apa, let me explain it a bit

fantastik 5 adalah semacam geng yang isinya 5 orang, yang pertama ketemu di tempat yang sama, kerja di instansi yang sama , tapi nasib (dan pilihan hidup) yang nggak semuanya sama

we've shared some hilarious moments, ngobrol2 kosong, yang isinya cuma haha hihi doang, but I enjoyed my time with them.

sampai pada satu titik, dimana mereka sudah memilih jalan mereka, dan gw masih bergeming di posisi gw saat pertama ketemu mereka.

Juli 2011
empat anggota fantastik 5 memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar kedinasan di salah satu perguruan tinggi non kedinasan di Jakarta, cuma gw yang nggak milih untuk melanjutkan, alasan gw saat itu: gw nggak mau kuliah akuntansi, apalagi kuliah malem; gw mau ikut program diploma khusus; lagi nggak ada uang buat daftar.

November 2011
tiga dari lima anggota fantastik 5, termasuk gw, ikut seleksi program diploma khusus, dua yang lain memilih untuk tetap melanjutkan kuliah mereka di luar kedinasan.

Desember 2011
dua dari tiga orang anggota yang ikut tes dinyatakan lulus, sayangnya gw bukan salah satu diantaranya.

Januari 2012
pertengahan bulan, mereka berencana ngadain acara makan-makan kecil di kost salah satu anggota, itung-itung sebagai acara syukuran kecil-kecilan.

Tadinya gw pikir suasana acara itu akan sama seperti acara ketemuan kami sebelumnya, tapi ternyata gw salah, awalnya gw udah wanti-wanti diri gw sendiri bahwa mungkin suasana nggak akan senyaman saat kami masih belum pisah jalan dulu.

Lalu ternyata benar, gw nggak nemu lagi perasaan nyaman ketika kumpul sama mereka

Bukan karena sikap mereka yang berubah ke gw, mereka tetap ngomong dalam bahasa Jawa, yang mana bikin gw roaming, cuma bisa ngerti sedikit-sedikit mengenai apa yang mereka omongin.

Tapi lebih karena gw nggak siap nerima kenyataan bahwa mereka sekarang sudah beberapa langkah di depan, meninggalkan gw yang masih duduk manis sambil minum teh, sibuk dengan rutinitas gw.

Then, gw sadar, bahwa gw sudah tertinggal jauh di belakang rata-rata teman-teman seangkatan gw.

"Si anu udah mau punya anak, lho". I don't care, I'm not having any baby in this age
"si Itu tanggal 7 bulan depan nikah", so what?
"si Ini usahanya makin maju aja lho, tapi gayanya sih tetep aja ky gitu", er, what?
"si X sekarang udah punya mobil, yaa masih nyicil sih, tapi udah punya", uhm....
"anak2 di kelas diploma khusus ini pada glamor banget gaya hidupnya", like I care

Well, pembicaraan masih sama, nggak berisi, cuma diisi dengan berita-berita yang nggak berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak.

Tapi somehow, pembicaraan-pembicaraan mereka itu menampar gw

Menampar gw,

yang ngerasa 3 tahun gw kerja ini, gw ngerasa nggak banyak pencapaian yang gw dapatkan, si X udah punya bisnis, gw masih griefing about why didn't I get my grade raised last July?

yang ngerasa, mereka udah kuliah diploma khusus, nanti lulus langsung penyesuaian pangkat, gw gimana?


yang ngerasa, mereka udah ngelanjutin kuliah, kalo cepet selesai, bisa langsung ikutan UPKP, gw gimana?


yang ngerasa, si X udah punya mobil aja, sementara gw, tabungan aja masih tipis


Setelah gw renungkan sendiri, apa yang bikin gw begini adalah karena gw terlalu takut untuk melangkah.

You know, when someone feel that he took a wrong step, it could cause a traumatic experience to him

Dan itu yang terjadi pada gw.

Gw ngerasa gw telah salah ambil keputusan di masa lalu, dan gw nggak mau salah ambil keputusan lagi.

Gw sampe lupa bahwa Life is a series of failures.

Gw sampe lupa bahwa risiko akan selalu ada dalam sekecil apapun langkah yang kita ambil.

Gw juga terlena dan lupa, bahwa waktu akan terus berjalan, nggak akan nungguin orang yang berdiam diri di zona nyaman.

Minggu, 08 Januari 2012

Have you use it wisely?


Kemarin malam, gw chatting sm seorang perempuan yang mendeklarasikan dirinya sebagai sahabat gw,dan gw juga mendeklarasikan hal demikian, si Annisa Putri, biasa lah, dia cerita tentang kegalauannya dalam dekat-mendekati seorang pegawai yang bertugas di kantor pusat instansi saya, di lantai enam lebih tepatnya, berinisial F, dan berusia sekitar 24 tahun.

Awalnya sih cuma ngomongin tentang laki-laki berinisial F itu, sampe lama-lama jadi ngomongin apa yang udah dicapai setelah 4 tahun (dia sih yang 4, gw baru 3) kerja di kementerian yang mengurus uang di Indonesia ini.

Ya kalo diitung-itung, 3 tahun terakhir emang gw nggak memprioritaskan simpanan, investasi, atau pemilikan asset berharga apapun dalam membelanjakan gaji gw (yang tidak seberapa berkat peraturan menteri nomor 190 yang dikeluarkan tahun 2008 itu, huh).

Tapi tahun 2011 kemaren, I got a wake up call, ngeliat si itu punya anu, si anu punya itu,anunya si itu lebih gede dari anu gw, tapi itu gw lebih gede dari si anu, jadi mikir aja: “selama ini gw pake buat apa aja itu gaji + tunjangan + insentif?”

Well, gw pun mulai mencari-cari alternatif supaya uang yang gw peroleh tiap bulan nggak lenyap tanpa bekas ky abis nyiram air ke gurun pasir, salah satu alternatif  yang muncul adalah Reksadana.

Gw minat untuk mulai menginvestasikan uang gw dalam reksadana itu sekitar bulan Juli 2011, tapi karena berbagai pertimbangan (males nyari info, ragu-ragu, ada keperluan yang sebenarnya-tidak-mendesak-tapi-bokap-bilang-mendesak-jadi-harus-gw-bayar) akhirnya niat mulia untuk mulai membuka rekening Reksadana baru terlaksana bulan November 2011.

Buat pembaca blog (kalo ada) yang masih belum paham mengenai apa itu Reksadana, gw mo coba jelasin dikit ya.

Jadi,menurut pemahaman gw, Reksadana itu adalah menitipkan uang kita ke suatu institusi, yang bernama Manajer Investasi,  yang kemudian uang yang kita titipkan itu dikelola oleh si Manajer Investasi di pasar.

“pasarnya pasar apa? Pasar tradisional?”

Well, jenis pasarnya sih kita bisa pilih sendiri, mau pasar uang (Reksadana Pasar Uang), pasar saham (Reksadana Saham), atau kombinasi antara keduanya (Reksadana Campuran), tapi ide bagus juga sih kalo mau ada Reksadana pasar tradisional J.

“uang gw gimana sih, aman gak? Ntar dibawa kabur lagih, trauma nih gw.”

Hmm, kalo risiko dibawa kabur sih ya selalu ada, bahkan lo simpen duit lo di Bank juga risiko itu tetep ada,masih inget kasus Century kan? Cuma bedanya kalo di Bank kan kita ada suatu lembaga yang menjamin uang kita akan kembali no matter what happened with the bank, bernama LPS, nah di Reksadana ini nggak ada Lembaga Penjamin Reksadana, kenapa begitu? Kita Tanya Galileo! (gw juga ga menjamin penjelasan gw bisa diterima soalnya, piss ah ^^).

“duh, eijk mulai tertarik nih cyin, returnnya gimana returnnya?”

Nah, bedanya sama Bank adalah, uang yang kita setorkan ke rekening Reksadana di Manajer Investasi, akan dikonversi menjadi unit penyertaan, yang banyaknya didapatkan melalui jumlah uang yang kita setorkan dibagi NAB atau Nilai Aktiva Bersih, nahhh, Nilai Aktiva Bersih inilah yang akan menentukan berapa return yang kita terima bow, karena sifatnya si NAB ini yang fluktuatif (tergantung jenis Reksadana yang jij mau pilih), soal nilai dalam Rupiah, well, gw bisa bilang bahwa dalam 3 bulan gw udah buka rekening, return yang gw terima JAUHHHHH lebih besar dari return yang gw terima dari Bunga Bank, belum signifikan sih, tapi seenggaknya gw udah bisa ngeliat bahwa Reksadana ini adalah pilihan yang lumayan tepat buat gw :D

“ah elu ngomong aje, ajarin dong caranye gimane, trus kalo mo buka rekening, manajer inpestasinye nyang mane mendingan?”

Cara buka rekening Reksadana sih macem macem cing, ade nyang bisa lewat internet aje, ade nyang dateng ke Manajer Investasinya langsung, ade juge nyang melalui Bank, nyang berperan sebagai Agen Penjual Reksadana, kalo aye sih mpok, aye bukanya di Bank Mand*ri, aye tinggal dateng ke kantor cabang Banknya aje, bilang mau buka Reksadana, trus dibantu deh ame  mbak-mbaknye, oiye, sebelum dateng ke Bank, konfirmasi dulu ye pok,di kantor cabang yang mpok tuju jual RD nggak, soalnye temen aye yang di Bali, mbak Ska, ke Bank entuh katanye kagak ada RD, jadi mungkin ga semua kantor cabang bank ntu jual RD.

Trus ya pok, kalo milih-milih manajer investasinye sih, aye kemaren ngandelin intuisi aje, sebenernye bukan intuisi juge sih, aye milih MI yang istilahnya bluechip, yang kinerjanya udeh keliatan bener, diliat dari NABnye nyang mahallllll, bahkan paling mahal di antara daftar yang dijual di Bank itu, agak nyesel sih awalnya, karena penyertaan aye jadi dikit, tapi gapapa kok, keliatan kinerjanye bener soalnye ^^.

Oh iya, sedikit yang belum gw sampein, minimal dana yang harus kita setor ke MI itu variatif, tergantung produk RD yang kita pilih, gw kemaren Cuma 500rb, udah diterima, trus temen gw yang punya RD juga, dia pertama deposit 5jt, jadi yaa tergantung produknya sih.

Buat yang nanya seberapa gede returnnya, gw kasih hint aja ya: dalam 3 bulan gw menyertakan uang gw ke RD, gain yang gw peroleh itu yaa sekitar beberapa ratus kalinya gain yang gw terima kalo nabung di bank dengan jumlah uang yang sama, tp gw tau sih, ini fluktuatif banget, sekarang aja mungkin lagi naik, kalo turun mungkin bakal nyesek juga.

Satu saran gw buat yang mau investasi, dalam bentuk apapun itu, kalo udah ada duitnya, mending langsung investasiin aja, ga usah banyak mikir, ntar nyesel soalnya J.

So, Have you use it (your money, in this case) wisely?

Selasa, 29 November 2011

PayDay

Yay! besok gajian!
the most exciting day of the month is about to come

tapi besoknya
digit berkurang sebanyak demi sebanyak

ya sudahlah, namanya hidup

Passion

"find a job you love, and you'll never work a day in your life"
-anonim-

Kutipan diatas itu, mungkin jadi impian untuk banyak orang, which is to find a job that we love.

Emang indah sih kutipannya, tapi hidup ternyata nggak seindah kutipan diatas.

Ya iyalah, hari gini, emang lo bisa milih mau kerja apa?


Beberapa postingan yang lalu, gw menyatakan bahwa gw ngerasa nggak cocok jadi PNS, either karena emosi gw masih terlalu labil untuk hidup di tempat yang stabil, atau emang passion hidup gw bukan jadi PNS.

Keduanya ada benernya sih, emosi gw emang masih labil, gw akui itu.

Dan passion gw? entahlah, passion yang gw punya mungkin cuma nonton TV, tidur, makan enak, dan jalan-jalan, yang mana semuanya bukan pekerjaan yang dilakukan oleh PNS (in my case, Civil Servants in the  institution which I worked for are quite diligent, I rarely see any colleagues of me, spending his/her time to do something personal in the working hours, unlike the common image of Civil Servant in this country).

Well, udah cukup lah, 1,5 tahun gw ngejalanin hidup di instansi ini tanpa semangat.

Pertengahan tahun lalu, gw gabung dengan grup paduan suara di kantor gw, namanya friendship choir.

Motivasi awalnya sih cuma mau bersosialisasi sama orang2 yang selisih umurnya nggak terlampau jauh sama gw.

And then, I found that I've got a passion in it!

Apa sih passion?

Passion itu buat gw adalah suatu hal yang ketika ngejalaninnya, gw nggak ngerasa keberatan, melainkan merasa senang, dan waktu serasa cepeeeet banget, capek sih tetep ada, cuma kan rasa capek karena mengerjakan sesuatu yang nggak kita suka, beda tentunya dengan rasa capek karena mengerjakan sesuatu yang kita suka.

Ya, itu yang gw rasakan ketika ikutan kegiatannya friendship choir.

Gw nyaman dengan orang-orangnya, ketika latihan juga, nggak kerasa tiba2 udah jam 9 malem aja, dan gw juga jadi bisa keluar kantor karena friendship choir beberapa kali diundang untuk tampil di acara2 kantor gw (yang ini sebenernya kurang patut ditiru).

Lalu dari friendship choir, gw diajak seorang temen untuk ikut audisi sebuah kelompok paduan suara lain, namanya Infinito Singers.

Awalnya gw pesimis sih, karena waktu gw nonton konser mereka yang bertajuk "Reel Tunes" sekitar bulan Mei 2011, gw ngerasa mereka KEREN BANGET!

Eh ternyata gw diterima juga untuk gabung.

Nasib, karena gabungnya emang untuk ikut konser tahunan, jadilah gw harus ikut latihan demi latihan yang agak menyita waktu.

Latihan sampe malem, check!

Latihan tiap akhir pekan sampe gw kangen saat-saat dimana weekend gw cuma diisi dengan tidur doang, CHECK!

Tapi gw seneng ngejalaninnya, setiap kelar latihan, gw ngerasa ada sesuatu yang baru di diri gw, gw merasa tercerahkan (walaupun besoknya tergelapkan lagi oleh kerjaan kantor).

Ya, beruntunglah gw, karena gw bisa menemukan salah satu hal yang jadi passion gw dalam hidup, cuma sekarang, gw belum nemu aja gimana caranya ngubah passion itu jadi duit.


N.B.: Infinito Singers akan melaksanakan konser berjudul Choral Promenade pada hari Jumat tanggal 2 Desember 2011 di Erasmus Huis, Kuningan, yang bisa dateng, ayo monggo, ntar ketemu gw disana boleh foto bareng, diskon 50%!

Rabu, 19 Oktober 2011

F.R.I.E.N.D.S.


Gw termasuk salah satu orang yang jarang punya temen deket, sifat alami diri gw yang defensif, dan terkadang kurang mudah percaya sama orang, mungkin jadi salah satu penyebab kenapa gw jarang banget punya temen deket

Selain itu, gw juga pernah keGRan, jadi dulu waktu SMP, gw pernah punya orang yang gw anggep sahabat, waktu itu gw duduk di meja depannya meja dia, jadi kalo ada pelajaran yang gw nggak ngerti, gw langsung ngadep belakang, ngobrolin pelajaran itu sama dia, selain itu, kalo pulang sekolah kami selalu bareng, either gw nungguin dia, atau…. (setelah gw inget2 dia emang ga pernah nungguin gw sih).

Lalu, pas SMA (gw masih nganggep dia nganggep gw sahabat dia) kita ngobrol ngobrol di angkot, gw ngomongin sesuatu mengenai persahabatan, I told him, that I felt happy to have a bestfriend from my junior high school, glad to find one, et cetera et cetera et cetera, TANPA NGASITAU DIA SIAPA YANG GW ANGGEP SAHABAT (waktu itu masih labil banget, ngakuin bahwa gw nganggep dia sahabat gw aja rasanya malu ky ngakuin abis jadian sama ibu penjaga kantin demi makanan gratis).

Lalu giliran si orang ini ngomongin sahabat dia, dia bilang, “Iya, gw juga bersyukur nemu sahabat pas SMA, pas SMP malah gw nggak ngerasa punya sahabat”.

JELEGERRRRRRRRRR

Tengsin mampusssss, ternyata gw bertepuk sebelah tangan (nggak Cuma cinta ternyata yang bisa bertepuk sebelah tangan), yaudah sejak saat itu gw jadi jarang ngobrol dan ketemu sama dia, karena kami beda kelas, beda program sekolah juga, jadi ya semakin renggang, dan semenjak saat itu juga gw nggak pernah nganggep siapapun sebagai sahabat gw.

Then, God gave me another scenario at the next stage of my life.

Berawal dari googling dengan kata kunci “pegawai pajak”, gw nemu blognya bang rere, baca baca, lumayan haha hihi ngebaca beberapa postingan dia. Lalu gw ngeliat link di blognya dia, pegawainegerisexy.

Di pikiran gw waktu itu, link itu akan membawa gw ke sebuah website atau blog dimana gw akan menemukan pegawai2 negeri yang berpose nakal, mesum, dan sexy, as what its name says.

But then, ternyata isinya bukan kemesuman atau XXX, melainkan postingan postingan yang LUCU GILAK, gw ketawa ngakak waktu baca postingan dia yang menganalogikan kalo lo nggak sholat Jumat tapi tidak ditempatkan Papua atau tidak mengalami kesialan, berarti lo adalah Baim Wong.

Dan setelah itu, gw ngebookmark blog itu di browser hape gw, ngebaca postingan dia di kala waktu senggang (baca: jam kuliah dimana dosennya mengajar dengan metode CBSA), dan termotivasi untuk bikin blog juga, yang, yaaa, postingannya khas remaja umur 17 tahun (waktu itu).

Kemudian, lulus dari pendidikan singkat, gw masuk ke kantor yang selingkungan sama orang yang bikin gw nemu blog PNS, yaitu bang Rere, dan waktu itu masih magang, trus –as far as I remember- dia berinisiatif mengadakan kopdar untuk para pembaca setia blog itu –yang dinamakan roiders- , lalu dateng lah gw ke kopi darat perdana itu, ketemu teman teman sesama pembaca, dan ngobrol ngobrol dikit yang bener bener dikit, karena waktu itu suasana masih kaku banget, untung ada bang Rere, yang selalu bisa mencairkan suasana, untung diakhiri dengan karaoke, jadi ga perlu banyak2 ngobrol.

Dari situ sih masih ngerasa nggak terlalu cocok sama para orang2 itu.

Lalu, mereka pun membentuk grup chat yang dapat diakses melalui handset canggih bermerk Blackberry keluaran pabrikan Kanada bernama Research In Motion, dan karena gw nggak punya Blackberry, ya rela aja ketinggalan obrolan mereka, sampai akhirnya…. terbentuklah suatu grup spektakuler yang bisa mengisi waktu luang gw (baca: siang hari di kantor) di sebuah aplikasi messenger keluaran raksasa internet, Google Talk.

Di grup itu, kami share berbagai hal (mulai dari pengalaman memalukan, posisi bercinta yang baik, hingga gossip terkini), ngerencanain berbagai hal (yang 80 persennya buntu), ngadain kuis berhadiah, dan entah kenapa, gw bisa begitu aja percaya ke mereka, menceritakan berbagai kenistaan-kenistaan masa remaja gw yang hampir berlalu.

Yaa, kalo ketemu langsung sih emang menurut mereka gw nggak serame di groupchat, tapi ntar kalo udah lebih sering ketemu, juga gw yakin bakal lebih cair dari sekarang, gw rasa sih karena gw masih ada rasa segan sama mereka (roiders-roiders (gw tau ini redundant, udah pake ‘s’ diulang pula, tapi gw suka)), maklum, gw kan saat ini masih menjabat roiders termuda, jadi masih agak canggung aja kalo eloh-guweh-eloh-guweh sama roiders-roiders yang beberapa tahun lebih tua dari gw.

Tapi, diluar kecanggungan gw ketika ketemu langsung dengan para roiders, gw bahagia bisa punya kelompok eksklusif (halah-able banget sih) yang bisa gw percaya akan menjaga rahasia-rahasia gw, dan percaya juga pada gw bahwa gw akan menjaga rahasia-rahasia mereka.

Paging @roidtaufan, @renaldysilaen, @mohammedyaqin, @__aih, @itikecil, @gerandis, @sheviona, @nisasyamsuar, @paniio, @banuazam, dan @jengskaa

courtessy: fbnya bang rere

I heart roiders

Kamis, 22 September 2011

change(s)

terakhir kali saya concern sama blog ini adalah saat saya masih jadi mahasiswa, berarti sekitar 3 tahun yang lalumasuk ke tahap selanjutnya, jadi calon pegawai, sudah mulai mengendur semangat ngeblognya

ketika sudah jadi pegawai dan menemukan alternatif alternatif lain untuk menuangkan pemikiran, akhirnya semangat untuk blogging sudah hilang sama sekali

sampai akhirnya hari ini (22 September 2011) saya buka lagi blog ini, dan agak terkejut melihat tampilannya, yang benar benar baru

well, waktu memang sudah berlalu sangat cepat, baru tadi pagi saya mengecek akun twitter saya, dan menemukan satu tweet dari teman seangkatan waktu SMA, yang menyatakan dia sudah punya gelar A.Md. di belakang namanya

lalu saya sadar, kelulusan dari kampus itu adalah bulan September, dan berarti sudah tiga tahun si teman saya itu menempuh pendidikan di kampusnya

wow, betapa cepat waktu berlalu, dan betapa banyak perubahan yang terjadi di sekitar saya, tanpa saya merasakan perubahan yang berarti di dalam diri saya saat ini

teman teman saya semasa sekolah yang dulu jadi teman main saya, teman ketawa ketiwi saya, teman saya melakukan hal hal tidak penting, mungkin mereka sedang memasuki fase transisi, dari mahasiswa menuju dunia kerja, dan saya merasakan banyak teman teman saya yang terlihat lebih dewasa, baik itu dari cara berpakaian, cara bertingkah laku, maupun cara bicaranya.

namun saya... tidak banyak perubahan yang saya rasakan terjadi pada saya

kecuali, sekarang saya telah menemukan beberapa orang yang saya rasa pantas saya anggap sebagai sahabat

saya telah menemukan apa yang harus saya lakukan untuk membuat hidup saya lebih menyenangkan

ya, mungkin hanya itu, dan mungkin juga itu bukan perubahan

kadang saya merasa putus asa, bila mengingat betapa tingginya mimpi saya, dan apa langkah nyata yang telah saya lakukan demi perjalanan menuju mimpi tersebut

mungkin itu adalah kesalahan diri saya, saya bermimpi tinggi untuk memberikan impresi yang baik untuk orangtua saya, bukan hanya untuk memberikan kebahagiaan batin untuk diri saya

saya (masih) lebih mementingkan kebahagiaan dan pandangan orang lain di atas diri saya sendiri, itulah yang tidak berubah dari saya, setelah bertahun tahun saya hidup di dunia

mungkin akan tiba saatnya nanti, suatu momentum dimana perubahan total dalam diri saya terjadi, perubahan yang berangsur angsur namun pasti dan bertempo cepat

saya harap perubahan yang nanti datang itu adalah perubahan ke arah yang positif

amin